Mitos Dalam Musik Panting

Sebagaimana kesenian daerah lain, dalam kesenian musik panting masyarakat Banjar juga tak luput dari hal yang berbau mistik. Seperti halnya alat musik panting yang kadang diberi azimat agar alunan musiknya dapat menarik perhatian banyak orang.
Konon pada zaman dahulu kala, para pembuat alat musik panting menyelipkan zimat tersebut kedalam rongga akustik yang dimainkan oleh pemain panting. Menurut masyarakat Zimat tersebut berisi tambang lirang dan bunga kenaga yang membuat penggemar dan penonton musik panting jadi terpesona dan selalu merindukan dentingan musik panting.
Selain zimat, adapula kepercayaan yang masih tersisa dalam panting yaituu kepercayan terhadap makhluk halus yang memelihara panting yang bisa memberikan kemerduan suara musik saat berdenting. Para pemusik panting percaya akan adanya datu yang menjaga peralatan pantang seperti datu kalambahai, datu ujung dan datu lampai sari yang satu-satunya datu perempuan dan masih dipercayai masyarakat sekitar.
Atas kepercayaan itulah, maka sebelum musik panting dimulai, diadakan dulu ritual untuk memanggil para datu tersebut dengan cara membakar kemenyan dan meletakkan panting di atas asap kemenyan tersebut.
Ada satu lagi mitos dalam musik panting. Dari segi bentuk panting, terdapat beberapa bentuk alat musik panting yang banyak digunakan. Tetapi ada satu yang paling jarang digunakan yaitu mayang marakai. Sebab ada yang mengatakan bahwa apabila menggunakan panting jenis tersebut, maka para personel musik panting tak akur dan terpecah belah, yang sesuai dengan nama terseut mayang marakai yang berarti mayang yang berhambur/ pecah. Percaya atau tidak ??? namannya juga mitos, bisa bener,bisa engga………